Pemanfaatan Kit sederhana Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa

Posted by wawan yawarmansyah on Friday, May 27, 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika yang merupakan bagian dari rumpun sains saat ini pembelajarannya belum dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan karena konsep fisika sering disampaikan oleh guru sebagai sebuah fakta dan bukan merupakan sebagai gejala alam yang harus diamati, diukur dan didiskusikan. Menurut Priyono (2004) dalam Kunandar (2007), “bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali hanya terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif”.Mata pelajaran fisika
sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Namun dari hasil ujian tengah semester untuk mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Terara kelas X tahun ajaran 2008/2009 sebagian besar siswa memiliki nilai yang tergolong dalam kategori sangat rendah. Hasil ujian tengah semester kelas X SMA Negeri 1 Terara pada mata pelajaran fisika sebagai berikut:
Tabel 1.1Nilai MID semester fisika kelas X SMA Negeri 1 Terara
tahun 2008/2009
Nilai X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6
Tertinggi 75 66,67 75 41,67 58,33 75
Terendah 0 8,33 16,67 0 8,33 16,67
Rerata 38,02 39,85 40,33 25 32,58 43,38
(sumber SMA Negeri 1 Terara)
Dari kondisi diatas, peningkatan kualitas pendidikan dan mutu pembelajaran di SMA telah diupayakan antara lain melalui pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Center), dimana siswa berperan sebagai subyek didik dan bukan sebagai obyek. Fokus program sekolah bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya, melainkan pada siswa dan yang akan dikerjakannya sehingga siswa itu sendiri yang mengalami proses belajar. Selain itu juga di SMA Negeri 1 Terara sudah diupayakan mulai diterapkannya sistem pembelajaran dengan mengggunakan sistem kelas berjalan yang terdiri dari beberapa siswa yang disebut dengan rombongan belajar.
Namun kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna dan berkesan jika siswa itu sendiri yang terlibat secara langsung dengan menggunakan seluruh indera yang dimilikinya. Dengan mendengar, melihat, merasakan, dan mengamati secara langsung siswa akan mengalami internalisasi konsep-konsep fisika secara mendalam dan menyeluruh. Lebih-lebih lagi melalui kegiatan percobaan yang kreatif dan menyenangkan, maka siswa akan merasa antusias dan temonivasi mengikuti kegiatan pembelajaran.
Agar hal tersebut dapat terealisasi, maka diperlukan alat atau bahan yang dapat menanamkan konsep fisika siswa SMA seperti sebuah Kit Fisika. Namun dari hasil survei, sebagian besar SMA di Lombok Timur tidak memiliki lab yang menunjang. Ini berarti secara otomatis sebagian beasar SMA dilombok timur tidak memiliki sebuah Kit atau alat-alat yang menunjang kegiatan percobaan-percobaan fisika. Hal ini disebabkan karena untuk pengadaan sebuah Kit diperlukan biaya tinggi. Oleh sebab itu diperlukan suatu solusi sebagai pengganti Kit tersebut yang dapat menanamkan konsep-konsep yang sama. Alat dan bahan-bahan sederhana yang terdapat dilingkungan dapat dirangkai dan dirakit menjadi sebuah Kit sederhana yang nantinya memiliki fungsi sama. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Kit sederhana Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain Kit sederhana yang menanamkan konsep-konsep fisika?
2. Apakah pemanfaatan Kit sederhana berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa?
3. Bagaimanakah respon siswa di SMAN 1 Terara terhadap pemanfaatan Kit sederhana yang menanamkan konsep fisika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Kit sederhana yang menanamkan konsep-konsep fisika.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Kit sederhana terhadap prestasi belajar fisika siswa.
3. Untuk mengetahui respon siswa SMAN 1 Terara terhadap pemanfaatan Kit sederhana yang menanamkan konsep fisika


D. Batasan Masalah
Untuk mempersempit permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Terara kelas X Tahun ajaran 2008/2009.
2. Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah optik geometrik yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
3. Aspek prestasi belajar siswa yang dinilai adalah academic skill.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Pemanfaatan Kit sederhana ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep fisika secara nyata, dan menumbuhkembangkan sikap ilmiah yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
2. Bagi Guru
Memberikan pengetahuan pada guru sekaligus menumbuhkembangkan sikap kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran fisika di kelas.
3. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi penulis tentang penyusunan karya ilmiah.

F. Definisi Operasional
1. Kit sederhana adalah sebuah kotak yang berisi seperangkat alat-alat IPA(fisika) yang mudah dikemas dan dibawa kedalam kelas saat diadakan percobaan atau kegiatan mengajar yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.
2. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Kit Fisika
Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dilembaga pendidikan sangatlah sukar tanpa menggunakan sebuah alat. Oleh karena itu siapapun yang menerjunkan dirinya ke dunia pendidikan perlu memperhatikan asfek ini bila ingin menjadi guru yang berhasil dan profesional. Djamarah (2005), menyatakan bahwa alat diartikan sebagai apa saja yang dapat dijadikan sebagai prantara untuk mencapai tujuan pendidikan.
Wens Tanlainm dkk (1989) dalam Djamarah (2005) mengatakan bahwa perbuatan mendidik berlangsung dengan alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan faktor-faktor pendidik lainnya seperti guru, anak didik, tujuan, dan lingkungan dapat menjadi alat pendidikan bilamana digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik.
Kaitannya dengan alat pendidikan, kit merupakan salah satu alat pendidikan yang tergolong sebagai salah satu bentuk alat peraga dalam proses belajar mengajar Fisika. Alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar Fisika sangat besar peranannya bagi siswa, karena alat peraga dapat menyeragamkan pengertian dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika ataupun materi pelajaran yang disajikan guru.
Menurut Soelarko (1995) dalam Awan (2008), bahwa ”alat peraga adalah tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam yang dapat memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang”. Kristanto (2007), ”dalam bahasa inggris alat peraga disebut visual aid atau alat bantu untuk penglihatan mata. Tetapi alat peraga yang baik tidak hanya merangsang mata saja , tetapi juga keempat indera yang lainnya”. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang terintegral dari keseluruhan situasi mengajar. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru sehingga penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Awan, 2008).
Dari beberapa uraian definisi alat peraga diatas dapat ditarik pendekatan mengenai kit. Dalam Webster’s New Colligiate Dictionery dijelaskan bahwa Kit is a box, bag in wich such a kit is carried (Webster, 1953). Jadi Kit fisika merupakan sebuah kotak yang berisi seperangkat alat-alat fisika yang mudah dikemas dan dapat dibawa ke dalam kelas saat diadakan percobaan atau kegiatan mengajar fisika.
Dengan memanfaatkan Kit yang tersedia maka siswa dapat melatakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, yang nantinya dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Lebih-lebih lagi dengan memanfaatkan Kit sederhana yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan dilingkungan sekitar yang dapat menanamkan konsep-konsep Fisika yang sama. Selain mengurangi terjadinya verbalisme, penggunaan Kit akan memberikan manfaat yang cukup besar kepada siswa karena siswa dapat berhadapan dengan peralatan secara lansung dan berbuat. Berikut disajikan beberapa gambar bentuk-bentuk kit:






a b





c
Gambar 2.1. beberapa jenis Kit fisika :(a) Kit optik, (b) Kit mekanika,
(c) Kit suhu dan kalor



2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran, oleh karena itu peranan model pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Suatu model mengajar dapat diartiakan sebagai suatu rencana atau pola yan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Dahlan, 1984).
Menurut PPPG (2006), model adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Pengertian model pembelajaran dalam konteks ini merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.
Winataputra (2003), menyatakan “istilah model diartikan sebagai strategi kerangka konsep sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan”. Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Suherman (1992), model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konsep sebagai pedoman dalam mengatur materi pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkunagan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Ismail, 2003).
Menurut Joice dan Weil dalam Winataputra (1992), model mengajar memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut adalah sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak intruktusional, dan pengiring. Sintaks merupakan tahapan-tahapan atau urutan kegiatan dari model itu, sedangkan sistem sosial merupakan situasi, norma, suasana yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksi adalah suatu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana memberikan respon terhadap siswa. Sistem pendukung merupakan semua sarana dan alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan model tersebut. Dampak instruktusional merupakan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang hendak diharapkan, dan hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat tanpa pengarahan langsung dari guru disebut dengan pengiring.
3. Tinjauan Tentang Prestasi
Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau keduanya yaitu hasil tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan diskusi kelompok (Sari, 2004).
Arikunto (2006), “prestasi adalah hasil usaha kegiatan yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang dinyatakan dalam bentuk simbol. Simbol digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka. Unsur pertimbangan atau kebijaksanaan tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak dibicarakan dalam nilai tersebut”. Menurut W.J.S. Purwadarminta dalam Djamarah (1994), berpendapat bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, hurup atau kalimat.
Prestasi belajar bukan sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi antara beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Menurut Admin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. Pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut dengan intelegensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut intelegensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan.
b. Perkembangan dan pengukuran otak
Cara penggunaan sistem kompleks dari proses pengelolaan otak sangat menentukan intelegensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri.
c. Kecerdasan (intelegensi) emosional.
Emosi selain mengandung perasaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertndak.
4. Tinjauan Tentang Fisika
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alam sekitar, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika. Serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003).
Sebagai salah satu cabang dari sains, maka karakteristik sains juga merupakan karakterisrik pelajaran fisika, dapat ditandai sebagai berikut:
a. Fisika merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori tentang gejala alam.
b. Fisika merupakan kegiatan keilmuan berupa pemikiran, penelitian, obsevasi dan eksperimen. Melalui observasi dapat dipahami konsep fisika secara tepat.
c. Fisika selau bersifat progresif dan komulatif. Bersifat progresif maksudnya selalu berkembang maju ke arah yang lebh sempurna, bersifat komulatif maksudnya setiap penemuan selalu berdasarkan penemuan sebelumnya.
Berdasarkan karakteristik fisika diatas, maka fisika harus dipelajari atau dipahami melalui kegiatan empirik. Itulah sebabnya fisika merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis melalui eksperimen dan penemuan teori atau konsep-konsep (Memes, 1990).
Dalam kamus fisika Isaacs (1994), fisika merupakan ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang menentukan struktur alam semesta dengan mengacu pada materi dan energi yang dikandungnya. Fisika mempelajari bukan mengenai perubahan kimiawi yang terjadi namun mengenai gaya-gaya yang ada antara benda-benda dan hubungan timbal balik antara materi dan energi. Menurut tradisi, fisika dibagi menjadi beberapa bidang yang terpisah: panas, cahaya, bunyi, listrik magnet, dan mekanika. Menurut Gem (1998), Fisika merupakan ilmu yang mempelajari benda dan energi serta bagaimana mereka saling mempengaruhi.
Sedangkan menurut Sari (2004), “Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala dan pristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta “.
5. Tinjauan tentang Pokok Bahasan Optik Geometrik
Optik geometrik adalah cabang dari ilmu yang mempelajari tentang cahaya yang berkaitan dengan bayangan, bagaimana proses terbentuknya bayangan dan bagaimana cara memanipulasi bayangan. Optik geometrik memerlukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya, sehingga pembahasan dengan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya benar-benar dapat dijelaskan berdasarkan hukum-hukum geometris (Anonim, 2008). Menurut Hadiat (2004), “Optik geometik merupakan bagian optika yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pemantulan dan pembiasan cahaya dan mengangap bahwa cahaya merambat lurus. Penjelasan-penjelasan terutama didasarkan atas ilmu ukur (geometri). Hakikat cahaya dan sifat gelombang cahaya tidak ditinjau”.
Sedangkan dalam kamus fisika Wilardjo (1997), “optik geometrik adalah cabang fisika yang memperlakukan cahaya seolah-olah terdiri atas berkas yang menyebar dalam lintasan-lintasan lurus ke berbagai arah dari sumber dan secara tiba-tiba dibelokkan oleh pembiasan atau dibalikkan oleh pemantulan ke lintasan-lintasan tertentu, mengikuti hukum-hukum yang telah diketahui”.
Pada mata pelajaran fisika kelas X, pokok bahasan optik geometri meliputi subpokok bahasan yaitu pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, peralatan optik. Subpokok pemantulan cahaya meliputi jenis dan hukum pemantulan, pemantulan pada cermin datar, pemantulan pada cermin lengkung, pemantulan pada cermin cekung, pemantulan pada cermin cembung. Pada subpokok pembiasan cahaya meiliputi hukum pembiasan, pemantulan sempurna, pembiasan pada lensa. Sedangkan pada subpokok peralatan optik meliputi mata, kamera, lup, mikroskop, teropong (Kanginan, 2007).
B. Hipotesis
Dari beberapa uraian tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nol (Ho): tidak ada pengaruh pemanfaatan kit sederhana terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa di SMA 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Hipotesis altenatif (Ha): ada pengaruh pemanfaatan kit sederhana terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa di SMA 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus yang masing-masing siklus meliputi tahapan-tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan november 2008 sampai dengan bulan januari 2009 yang meliputi dua tahap yaitu:
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMA Negeri 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kit sederhana. Sedangkan variabel terikat dalam peneltian ini adalah prestasi belajar fisika siswa.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Terara tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari 6 kelas. Teknik pengambilan sampel adalah secara acak. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah kelas___
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perlakuan mengikuti tahapan-tahapan tindakan kelasbdalam 3 siklus sebagai berikut:
a. Siklus I
 Perencanaan
Dalam perencanaan ini dilakukan kegiatan-kegiatan: merancang kit sederhana, menganalisis materi, menentukan pokok bahasan yang akan diberikan kepada siswa, merancang percobaan fisika, merancang model pembelajaran yang memanfaatkan kit sederhana, menyusun lembar observasi, angket dan tes hasil belajar.
 Tindakan
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan kit sederhana yang telah dibuat.
 Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang memanfaatkn kit sederhana.
 Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji temuan selama kegiatan perencanaan, tindakan, dan observasi serta mengevaluasi hasil belajar dengan maksud untuk mengetahui kualitas model pembelajaran dengan memanfaatkan kit sederhana sebagai langkah lebih lanjut untuk melakukan revisi pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
 Perencanaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I, peneliti memperbaiki model pembelajaran dengan menyusun langkah-langkah yang tepat untuk pembelajaran dengan
 Tindakan

 Observasi
 Refleksi
c. Siklus III
 Perencanaan
 Tindakan
 Observasi
 Refleksi
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan prestasi belajar fisika siswa. Sedangkan angket digunakan untuk memperoleh informasi respon siswa terhadap perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan kit sederhana.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian, dimana dalam penelitian ini digunakan tes. Arikunto (2002), menyatakan bahwa baik-buruknya suatu tes dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu validitas (kesahihan), reliabel (dapat dipercaya), tingkat kesukaran, dan daya beda.
Dalam penelitian ini tes diberikan setelah diterapkannya pembelajaran yang memamanfaatkan kit sederhana pada siswa yang menjadi sampel. Sebelum tes diberikan terlebih dahulu dilakukan pengujian yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya beda sebagai berikut:
1. Validitas butir soal atau validitas item
Suatu instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus dapat memberikan hasil sesuai dengan keadaan yang dievaluasinya atau disebut dengan valid. Arikunto (2006), menyatakan bahwa untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut :
(3.1)
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
p =

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)

Nilai rpbi akan dikonsultasikan dengan tabel r product moment kriteria pengujian yaitu:
a jika rpbi > rtabel maka soal dikatakan valid
b jika rpbi < rtabel maka soal dikatakan tidak valid 2. Reliabilitas butir soal Suatu tes yang baik harus memiliki kepercayaan yang tinggi atau disebut reliabel. Tes dikatakan mempunyai reliabel yang tinngi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap untuk beberapa kali pengukuran bila mengukur objek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas butir soal digunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Arikunto, 2006): (3.2) Keterangan: r11 = reliabilitas butir soal secara keseluruhan p = proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar q = proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya soal S = standar deviasi dari tes Suatu soal akan reliabel jika r11 ≥ rtabel dan soal dikatakan tidak reliabel apabila r11 ≤ rtabel. Berikut ini adalah tabel kriteria untuk reliabilitas butir soal: Tabel 3.1: Kriteria Nilai Reliabilitas No Nilai Kategori 1 2 3 4 5 0,80 – 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20 Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2006) 3. Tingkat kesukaran soal Menurut Arikunto (2006), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Untuk menentukan taraf kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut : (3.3) Keterangan: P = indeks kesukaran JS = jumlah seluruh siswa peserta tes B = banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar Berikut ini adalah tabel klasifikasi indeks kesukaran soal. Tabel 3.2: Klasifikasi indeks kesukaran soal No Nilai Kategori 1 2 3 0,00 – 0,30 0,30 – 0,70 0,70 – 1,00 Sukar Sedang Mudah (Arikunto, 2006) 4. Daya beda soal Menurut Arikunto (2006), ”daya beda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Rumus untuk menentukan daya beda soal (D) sebagai berikut: (3.4) Keterangan: JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Berikut ini adalah tabel klasifikasi daya beda butir soal. Tabel 3.3: Klasifikasi Daya Beda No Nilai Kategori 1 2 3 4 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00 Jelek Cukup Baik Baik sekali (Arikunto, 2006) H. Teknik Analisis Data 1. Homogenitas sampel Uji homogenitas dipergunakan untuk membuktikan apakah kedua sampel yang menjadi obyek penelitian homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Riduwan (2004), menyatakan bahwa uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F: (3.5) Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: data homogen jika Fhitung ≤ Ftabel dan data tidak homogen jika Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikan 5% . 2. Normalitas data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes akhir terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus chi-kuadrat (Riduwan, 2004): (3.6) Dimana fo menyatakan frekuensi hasil pengamatan dan fe menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva normal teoritis. Suatu data akan terdistribusi normal jika dan tidak terdisribusi normal jika pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan, db = k– 1, dimana k menyatakan jumlah kelas interval. 3. Uji hipotesis Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan Kit sederhana terhadap prestasi belajar fisika siswa, maka data tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji-t (Sudjana,2002): (3.7) Keterangan: = nilai rata-rata kelas eksperimen = nilai rata-rata kelas kontrol S1 = standar deviasi kelas eksperimen S2 = standar deviasi kelas kontrol n1 = jumlah sampel kelas eksperimen n2 = jumlah sampel kelas kontrol. Dengan kriteria pengujian adalah Ho diterima jika -ttabel  thitung  ttabel pada taraf signifikansi  = 0,05 dan dk1 = n1 – 1 dan dk2 = n2 – 1 4. Respon siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan KIT sederhana Data respon siswa terhadap perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan KIT sederhana yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan penilaian skala 5. Dimana skor maksimal untuk setiap item adalah 5, sehingga total skor dari 10 item diperoleh skor maksimal 50. Analisis data respon siswa menggunakan Mi dan Si. Rata-rata Mi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.9) Sedangkan simpangan ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (3.10) Berikut tabel kualifikasi respon siswa berdasarkan pedoman konversi (Nurkancana, 1992): Tabel 3.4: Pedoman Konversi Penilaian Skala 1 – 5 Interval Konversi Penilaian Kualifikasi (Mi + 1,5 Si) – (Mi + 3,0 Si) (Mi + 0,5 Si) – (Mi + 1,5 Si) (Mi + 0,5 Si) – (Mi + 0,5 Si) (Mi + 1,5 Si) – (Mi + 0,5 Si) (Mi + 3,0 Si) – (Mi + 1,5 Si) 76% - 100% 59% - 75% 43% - 58% 25% - 42% 0% - 25% Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Kriteria keberhasilan tindakan, apabila respon siswa minimal berkualifikasi cukup atau berada pada konversi nilai 43% – 58%.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda, blog ini do follow