PENGEMBANGAN MISSION PUZZLE UNTUK PEMBELAJARAN IPA FISIKA BERBASIS PAKEM PADA SISWA KELAS IV DI SDN 16 MATARAM TAHUN AJARAN 2006-2007

Posted by wawan yawarmansyah on Sunday, June 5, 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
IPA merupakan pengetahuan tentang alam sekitar kita. IPA untuk tingkat dasar terdiri atas Biologi dan Fisika. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pelajaran yang sudah mulai diajarkan pada anak Sekolah Dasar (SD) kelas rendah dengan memakai istilah sains.
Banyak siswa takut dengan pelajaran fisika. Fisika dianggapnya sebagai pelajaran yang sulit dan memusingkan. Padahal, fisika merupakan pelajaran yang sangat menarik. Banyak hal yang terlihat aneh dan unik dapat dijelaskan dengan konsep-konsep fisika dengan mudah.
Agar siswa menyenangi dan menyukai fisika maka guru perlu mengembangkan berbagai pendekatan dan metode yang bervariasi sehingga siswa akan terhindar dari rasa bosen dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya mengajar dengan menggunakan pendekatan yang dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa
sehingga siswa itu terlatih dan termotivasi dalam belajar.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sudah digunakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu pendekatan yang berbasis PAKEM atau pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pemilihan sekolah dasar didasarkan atas pertimbangan bahwa secara psikologis, anak-anak sekolah dasar masih berada pada kondisi “suka bermain”, sehingga pembelajaran yang divariasikan dengan permainan akan lebih disukai.
Jenis permainan yang bisa dimanfaatkan di sini adalah permainan mission puzzle yang dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran IPA-FISIKA yang berbasis PAKEM. Agar tidak mengganggu aktifitas pembelajaran formal di kelas, permainan ini juga bisa diberikan di luar jam kelas sebagai pembelajaran tambahan atau dikenal dengan pembelajaran suplemen.
Permainan mission puzzle merupakan salah satu variasi dari permainan puzzle tetapi pada permainan ini kita menyisipkan misi-misi tertentu yang harus dipecahkan oleh siswa tersebut. Permainan ini tidak hanya sekedar sebagai alat untuk bermain saja tapi bisa dimanfaatkan untuk mengasah otak dan menambah wawasan/pengetahuan bagi siswa, karena permainan ini sarat dengan materi pembelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mengembangkan mission puzzle sebagai media pembelajaran IPA-FISIKA?
2. Bagaimanakah respon siswa SD Negeri 16 Mataram terhadap model permainan mission puzzle untuk pembelajaran IPA-FISIKA?
3. Bagaimanakah prestasi (peningkatan pengetahuan) dan motivasi belajar siswa kelas IV di SDN 16 Mataram tahun ajaran 2006/2007?
1.3 Hipotesis
1. Ha (hipotesis alternatif): permainan mission puzzle (fisika) berpengaruh terhadap peningkatan prestasi (peningkatan pengetahuan) dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 16 Mataram tahun ajaran 2006/2007.
2. Ho (hipotesis awal): permainan mission puzzle (fisika) tidak berpengaruh terhadap peningkatan prestasi (peningkatan pengetahuan) dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 16 Mataram tahun ajaran 2006/2007.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengembangkan mission puzzle sebagai media pembelajaran IPA-FISIKA.
2. Mencari tahu respon siswa SDN 16 Mataram terhadap permainan mission puzzle untuk pembelajaran IPA-FISIKA.
3. Mengetahui pengaruh permainan mission puzzle terhadap peningkatan prestasi (peningkatan pengetahuan) dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 16 Mataram tahun ajaran 2006/2007.
1.5 Batasan Masalah
Untuk menghindari luasnya ruang lingkup penelitian, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas IV semester kedua SDN 16 Mataram tahun ajaran 2006/2007.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan mission puzzle (fisika) sebagai media pembelajaran yang berbasis PAKEM dan juga bagaimana pengaruhnya terhadap prestasi serta mengetahui respon mereka terhadap pendekatan pembelajaran ini.
3. Media pembelajaran ini bisa disajikan dalam pembelajaran formal maupun pembelajaran non-formal.
4. Materi permainan mission puzzle (fisika) mengacu pada silabus pengetahuan sains untuk sekolah dasar pada kelas IV khususnya materi/ bab “ Benda dan sifatnya “ serta “ Bumi dan permukaannya “.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pola fikir dan daya kreativitas mahasiswa FKIP sebagai calon guru khususnya mahasiswa fisika dalam mengembangkan media pembelajaran yang inovatif, menarik, dan kreatif sebagai salah satu upaya dalam peningkatan kualitas pengajaran.
2. Bagi Guru
Media pembelajaran dengan menggunakan mission puzzle fisika ini diharapkan bisa dijadikan sebagai alternatif lain dalam melaksanakn kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif.
3. Bagi Siswa
Kehadiran permainan mission puzzle fisika ini diharapkan dapat dijadikan sebagai motivator dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan alternatif permainan yang menarik serta konstruktif di sekolah.

1.7 Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami isi penelitian ini perlu didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Permainan mission puzzle merupakan suatu bentuk media pembelajaran yang berbasis permainan yang bisa mengasah dan menambah wawasan tentang pengetahuan fisika dan juga tokoh-tokoh ilmuan fisika..
2. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) yaitu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap bagi kehidupannya kelak (Depdiknas, 2004).
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati dan Mudjiono,2006:7).
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku hasil belajar bersifat positif. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi terampil dan lain-lain. Di samping itu, hasil belajar tidak hanya menyangkut pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan sikap dan keterampilan. (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1104/29/0314.htm).
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang dilakukan oleh seseorang/individu untuk memperoleh pengetahuan/keterampilan yang dengan pengetahuan/keterampilan itu ia bisa menjadi pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengetahuan tersebut bisa berasal dari alam sekitar baik itu keadaan alam dan sebagainya.
2.2 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”.
Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad (2000) mengatakan bahwa “ media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Media bisa diistilahkan sebagai suatu obyek yang bisa digunakan untuk menyampaikan/mengantarkan pesan-pesan atau informasi khususnya dalam hal ini pesan-pesan/informasi pengajaran. Media pembelajaran ini bisa berbentuk apa saja asalkan itu masih berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
2.3 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu.Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar , maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi - tingginya. Berdasarkan batasan pengertian prestasi belajar tersebut , dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar Fisika adalah hasil yang telah dicapai siswa melalui suatu kegiatan belajar Fisika.Kegiatan belajar dapat dilakukan secara individu maupun dan secara kelompok (http://artikel.us/art05-57.html.).
Prestasi juga bisa diistilahkan sebagai hasil atau tolak ukur dari suatu kegiatan pembelajaran apakah kegiatan tersebut berhasil/telah mencapai target/tujuan yang ingin dicapai. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengakibatkan prestasi belajar mereka ada yang tinggi dan ada yang rendah.


Perkembangan Kemampuan Berfikir Anak Tingkat Sekolah Dasar
Menurut Jean Piaget, anak usia SD tergolong pada tahap concrete-operational. Pada fase ini kemampuan berpikirnya masih bersifat intuitif, yakni berpikir dengan mengandalkan ilham.
Dalam periode ini, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Anak sudah berkembang ke arah berpikir konkrit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi konkrit, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkrit.
Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap kongkret operasional terdapat sistem operasi kognitif yang meliputi;
1) conservation
2) addition of classes
3) multiplication of classes
Conservation adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan.
Addition of classes adalah kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, dan menghubungkannya dengan benda yang berkelas lebih tinggi. Di samping itu, kekampuan ini juga meliputi kecakapan memilah-milah benda-benda yang tergabung dalam sebuah benda yang berkelas tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah.
Multiplication of classes yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda untuk membentu gabungan golongan benda. Selain itu, kemampuan ini juga meliputi kermampuan memahami cara sebaliknya, yakni cara memisahkan gabungan golongan benda-benda menjadi dimensi-dimensi tersendiri. (http://www.dikdasdki.go.id/download/standarbuku/ips.doc).
2.5 Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
( PAKEM).
PAKEM bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan keterampilan-keterampilan, pengetahuan, dan sikap bagi kehidupannya kelak (Depdiknas,2004).
Aktif diartikan peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru harus menciptakan suasana sehingga peserta didik aktif bertanya, memberikan tanggapan, mengungkapkan ide dan demonstrasikan gagasan atau idenya.
Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dan membuat alat bantu mengajar, bahkan menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya. Peserta didik akan kreatif, bila diberi kesempatan merancang/membuat sesuatu, menuliskan ide dan gagasan.
Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang nampaknya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif akan hanya sekedar permainan belaka dan tanpa belajar (Depdiknas,2004).
Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar-mengajar yang “hidup” semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong pemusatan perhatian peserta didik terhadap belajar. Agar menyenangkan, diperlukan afirmasi (penguatan,penegasan), memberi pengakuan dan merayakan kerja kerasnya dengan tepuk tangan, poster umum, catatan pribadi, atau saling menghargai (Depdiknas,2004).
Pengertian permainan mission puzzle
Menurut Sudjana (2001) dalam Khaerani (2006),” Permainan (game) digunakan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan menggunakan simbol-simbol atau alat-alat komunikasi lainnya”.Setiap permainan memiliki empat kelompok komponen utama, yaitu: adanya pemain, lingkungan di mana pemain berinteraksi, aturan main, dan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Permainan puzzle adalah sebuah permainan konstruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu. Apabila kotak atau bengun tertentu tersebut dimuati dengan konsep-konsep sains sehingga untuk memasangkannya diperlukan pengetahuan tentang sains itu, maka puzzle tersebut menjadi salah satu media pembelajaran yang inovatif dan berbasis pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Permainan mission puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi berupa materi IPA-FISIKA melalui pertanyaan-pertanyaan konsep atau subkonsep dalam fisika. Selain pertanyaan-pertanyaan yang terdapat didalamnya terdapat materi tambahan yaitu mengenai nama dan gambar ilmuan tokoh fisika yang dapat diketahui dari pertanyaan misi yang ada dalam permainan tersebut.
More aboutPENGEMBANGAN MISSION PUZZLE UNTUK PEMBELAJARAN IPA FISIKA BERBASIS PAKEM PADA SISWA KELAS IV DI SDN 16 MATARAM TAHUN AJARAN 2006-2007