karya tulis ilmiah (KTI) keperawatan "hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida"

Posted by wawan yawarmansyah on Tuesday, May 10, 2011

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KARANG MATARAM
TAHUN 2011

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Pendidikan DIII Keperawatan Poltekkes Mataram
Tahun Akademik 2010/2011



Oleh :
SARI IRMAYANTI
NIM : P071201 08095


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
2011


BAB I
PENDAHULUAN 
A.   Latar Belakang
 Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, perubahan hidup karena kehadiran buah hatipun terjadi. Prioritas pertama saat itu adalah memberikan ASI sebagai makanan bagi bayinya. Masa-masa menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga berakibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila ibu memberikan ASI-nya dengan cara yang benar.
Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain : Ibu tidak memproduksi cukup ASI, bayi tidak mau menghisap atau masalah pada puting susu. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Di samping itu cara-cara perawatan dan menyusui yang tidak baik dapat menimbulkan gangguan produksi ASI dan gangguan pada puting susu (Depkes RI, 1994).
Air Susu Ibu (ASI) tidak di ragukan lagi manfaatnya bagi bayi. ASI sumber gizi terbaik bagi bagi tumbuh kembang bayi. Di dalamnya mengandung immunoglobulin (zat kekebalan tubuh). ASI selalu tersedia, bersih, segar, aman, dan selalu bersuhu tepat untuk bayi. Manfaat psikisnya tak kalah penting bagi perkembangan emosi dan kepribadian anak. Maka dari itu, upayakan ibu untuk memberikan ASI esklusif selama 6 bulan dan ASI selama 2 tahun usia anak dengan teknik menyusui yang baik dan benar. (Dini Kasdu, 2004)
Dari hasil penelitian yang dilakukan universitas Bristol Amerika terhadap 1000 bayi premature membuktikan bahwa bayi premature yang diberikan ASI Ekslusif memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan anak yang diberi ASI rata-rata memiliki kecerdasan lebih dibandingkan anak yang tidak diberi ASI Ekslusif. (Yeni Yenriana. 2006.http://www litbang.depkes.go.id/.diakses tanggal 10 Desember 2010).
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2007-2008 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Hal tersebut terjadi karena rendahnya pengetahuan para ibu dan orang tua tentang manfaat ASI  dan cara menyusui yang benar, serta  kurangnya dukungan dari tenaga kesehatan. (Suhardjo.http://hileud.com/pemberian-asi-di-indonesia-masih-rendah.html/ diakses tanggal 21 maret 2011).
Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa para ibu memberi makanan pralaktal (Susu formula dan madu) pada hari pertama atau hari kedua sebelum ASI diberikan, sedangkan yang menghindari pemberian Kolostrum 62,6%. (Husni. 2008. http://medicine.uji.ac.id/ Karya Tulis Ilmiah- KTI.html, diakses tanggal 6 januari 2011).
Informasi yang kurang tepat tentang pemberian ASI Eksklusif mengakibatkan munculnya berbagai macam persepsi. Hal itu akan lebih menambah kompleks permasalahan dalam menggalakkan ASI Eksklusif. Pengetahuan yang salah tentunya akan berdampak terhadap prilaku yang salah pula. (Soetjiningsih, 1998).
Defisit pengetahuan dapat menyebabkan orangtua dan anak frustasi dan kehilangan kepercayaan diri dan dapat memberi pengaruh negatif terhadap hubungan orangtua-anak. Orangtua dianjurkan untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan mereka sehingga mereka dapat mendiskusikannya dan setiap informasi yang salah dapat dikoreksi. Perawat harus memberikan penjelasan tentang gambaran menyusui bayi dan berfokus pada cara memanfaatkan refleks bayi (Bobak, 2004).
 Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Mataram dari bulan Januari sampai dengan Desember 2010 tentang cakupan pemberian ASI Esklusif  terdiri dari 76,42%, Tanjung Karang 34,80%, Karang Pule 76,20%, Mataram 65,22%, Pagesangan 83,71%, Cakranegara 72,5%, Karang taliwang 87,60% dan Dasan Cermen 66,35%.
Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2008 bahwa ibu primigravida yang diperiksa berjumlah 416 orang. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah ibu primigravida yang diperiksa meningkat hingga berjumlah 618 orang. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Tanjung Karang terhadap 10 orang ibu post partum, ada 6 orang yang salah dalam menyusui bayinya, mereka mengatakan tidak mengetahui tindakan menyusui yang baik dan benar.
Dari uraian diatas penulis merasa tertarik meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida di wilayah Puskesmas Tanjung Karang, Mataram.

B.   Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah “Apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Menyusui Yang Baik Dan Benar Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Mataram Tahun 2010?”.


C.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Menyusui Yang Baik Dan Benar Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Mataram.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan.
b.    Mengindentifikasi pengetahuan tentang menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.
c.    Mengidentifikasi tindakan menyusui yang baik dan bernar pada ibu primigravida.
d.    Menganalisis hubungan pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.

D.   Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat dibuat jawaban sementara atau hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis nol (Ho): Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.
Hipotesis altrernativ (Ha) : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.

E.   Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    sebagai sumber pengetahuan ilmu keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang tindakan menyusui yang baik dan benar.
b.    Dapat memberikan pengalaman yang nyata dan memperluas pengetahuan bagi peneliti.
c.    Sebagai bahan masukan dan menambaha wawasan bagi tenaga kesehatan khususnya yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.

2.    Manfaat aplikatif
a.    Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi yang tepat dalam tindakan menyusui yang baik dan benar
b.    Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.



TULISAN INI BERSAMBUNG, UNTUK BAB II DAN III DARI KTI INI SILAHKAN KUNJUNGI BLOG INI LAIN WAKTU







{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment

terima kasih atas komentar anda, blog ini do follow